Senin, 22 Juni 2009

MID PLLB

1. Dalam siklus hodrologis, lahan basah mempunyai peran penting. Sebutkan dan jelaskan peran tersebut. Berikan penilaian terhadap lahan basah di Kalimantan Selatan, sampai sejauh mana keberadaan peran tersebut?

2. Curah hujan rata-rata tahunan di Meratus 1000 M liter/bulan, 80% menjadi air larian dan masuk ke berbagai sungai, di antaranya 1.800.000 liter/tahun mengalir melalui Sungai Riam Kiwa. Namun dari sungai ini hanya mampu mengairi 100 hektar lahan dengan masing-masing 9000 liter/tahun. Sisanya kembali terevaporasi dan evapotranspirasi. Dengan asumsi yang sama, berapakah peranan vegetasi dalam melakukan evapotranspirasi pada lima sungai lainnya, yakni Sungai Riam Kanan, Sungai Amandit, Sungai Batang Alai, Sungai Alabio, dan Sungai Tabalong jika perbandingan debit airnya sepanjang tahun 1 : 1 : 1 :1 : 1 ? Tentukan juga total transpirasi dan evapotranspirasi jika perbandingannya 1 : 2 !

3. Sebutkan perbedaan antara rawa lebak dan rawa pasang surut!

JAWAB

1). Salah satu peran lahan basah yang penting dalam siklus hidrologi yaitu sebagai penyimpan air(bisa juga disebut penampung air). Air hujan yang turun ke kawasan lahan basah tersebut akan disimpan di kawasan tersebut. Selain itu peran yang lain dapat melindungi kualitas air dan kuantitasnya dalam jumlah yang cukup. Dari segi sedimentasi yang dibawa oleh run off, maka wetlang juga menahan unsure-unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, juga menahan endapan agar tidak terbawa oleh arus sungai yang akan menyebabkan pendangkalan.
Di daerah Kalimantan Selatan peran tersebut dapat terlihat di daerah lahan basah pegunungan Meratus,cekungan Barito(DAS Barito) dan sekitarnya. Air hujan dari pegunungan Meratus akan diserap dan di alirkan ke DAS Barito. Jadi, peran pegunungan meratus yaitu menyerap air dan sebagai sumber air untuk daerah di sekitarnya. Untuk daerah cekungan Barito berperan untuk menjaga kualitas dan kuantitas air. Perannya dilihat dari kuantitas yang cukup dan seimbang yaitu, lahan basah cekungan Barito dapat diibaratkan sebagai spoon (busa) raksasa, yakni pada musim hujan, dia akan menyerap air dan jika terjadi kelebihan maka air tersebut akan dialirkan menjadi air tanah (Ground water). Pada musim kering air dari lahan basah akan dikeluarkan untuk dimanfaatkan.

2).Pada penerangan awal kita diberi tahu bahwa curah hujan rata-rata tahunan di Meratus 100 M liter (100.000.000 liter) per bulan, yang artinya dalam setahun curan hujan rata-ratanya adalah:

(100.000.000 liter/bulan) x (12 bulan) = 1.200.000.000 liter/tahun

Keterangan berikutnya menyebutkan bahwa 80% dari curah hujan tersebut menjadi air larian dan masuk ke berbagai sungai:

80% dari 1.200.000.000 = 960.000.000 liter/tahun

Diantara air tersebut mengalir ke sungai Riam Kiwa sebanyak 1.800.000 liter. Dilanjutkan pada keterangan berikutnya, bahwa sungai tersebut hanya mampu mengairi 100 hektar lahan masing-masing 9.000 liter, saya mengasumsikan totalnya menjadi 900.000 liter (100 x 9.000 liter).

Jika demikian, maka air yang mengalami evaporasi dan evapotranspirasi adalah sisanya:

Evaporasi dan evapotranspirasi = Air yang melalui Riam Kiwa – air untuk

mengairi 100 hektar lahan

= 1.800.000 – 900.000

= 900.000 liter

Dijelaskan bahwa dengan asumsi yang sama vegetasi berperan dalam evapotranspirasi pada lima sungai lainnya, yakni, sungai Riam Kanan, sungai Amandit, sungai Batang Alai, sungai Alabio dan sungai Tabalong, di mana perbandingan debit airnya sepanjang tahun 1 : 1 : 1 : 1 : 1.

Menurut pandangan saya, jika halnya demikian maka debit air yang mengalir di setiap sungai pada setiap tahunnya adalah sama yaitu 1.800.000 liter/tahun, dengan 900.000 liter/tahun digunakan untuk mengairi pertanian. Maka sisa air yang berevaporasi dan evapotranspirasi pun adalah sama 900.000 liter/tahun. Untuk yang satu ini ada banyak perbedaan pendapat terhadap maksud dari ‘asumsi yang sama’, tapi ya,, seperti inilah saya menjawab soal ini pada mid test waktu itu. Jadi, total evapotranspirasi dan evaporasi yang terjadi adalah 900.000 liter/tahun.

Perbandingan antara evapotranspirasi dan evaporasi adalah 1 : 2, maka:

Evapotranspirasi = (1/3) x 900.000 = 300.000 liter/tahun

Evaporasi = (2/3) x 900.000 = 600.000 liter/tahun

Peranan vegetasi dalam berevapotranspirasi pada setiap sungai adalah 300.000 liter/tahun.

Kesimpulannya menurut saya, bahwa keterangan-keterangan lain yang terdapat pada bagian awal soal hanyalah sebagai pengecoh belaka. Pun, cukup dengan mengetahui debit air yang mengalir pada sungai Riam Kiwa dan pengunaannya pada lahan merupakan informasi serta mengetahui jenis -jenis tanah di sekitar sungai. Jenis tanah sangat mempengaruhi jumlah air yang diserap dan juga akuifernya.

3). Perbedaan rawa lebak dan rawa pasang surut yaitu
# Pada rawa lebak(tergenang) :
- Air yang ada dipengaruhi oleh banyaknya air hujan yang turun
- Air bersifat asam karena selalu tergenang air
- Terletak di daerah cekungan
- Biasanya ditumbuhi tanaman yang besar

# Sedangkan pada rawa pasang surut :
- Air yang ada dipengaruhi oleh pasang surut air laut
- Airnya biasanya bersifat payau bahkan asin
- Terletak didekat sungai atau pantai yang terpengaruh oleh pasang surut sungai dan pantai.
- Sifat airnya asin atau payau
- Biasanya ditumbuhi tanaman bakau

Kamis, 11 Juni 2009

Nama : Risa Dwi Utami

NIM : J1D108005

Prodi :Fisika

EVAPORASI DAERAH ALIRAN SUNGAI

Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut DAS merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979). Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan sedimentasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS adalah sebagai berikut :suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkan air ke laut atau danau melalui satu sungai utama, suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas beberapa DAS, unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumberdaya alam (tanah, vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan pengguna sumberdaya yang ada, unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya.

Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola dimana bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Coarak atau pola DAS dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS. Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai berikut :

  • DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama. DAS atau Sub-DAS ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena waktu tiba yang berbeda.
  • DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama.
  • Das Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu.

DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS. Mangundikoro (1985) mengemukakan Sub-DAS merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui sungai. Manusia dengan aktivitasnya dan sumberdaya tanah, air, flora serta fauna merupakan komponen ekosistem di Sub-DAS yang saling berinteraksi dan berinterdependensi. Pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dengan input manajemen dan input alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di tempat (on site) maupun di luar (off-site). Secara ekonomi ini berarti bentuk dari proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen dan input alam serta hasil ekonomi berupa nilai dari outputnya (Hulfschmidt, 1985).

Tujuan pengelolaan DAS secara ringkas adalah menyediakan air, mengamankan sumber-sumber air dan mengatur pemakaian air; menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah, meningkatkan pendapatan masyarakat. Di dalam siklus air ini, banyak dijumpai proses yang kompleks yang menyangkut perpindahan air sesuai dengan aliran masa dalam proses sirkulasi air di dalam atmosfir dan bumi. Keinginan atau kebutuhan manusia akan air dalam upaya kesinambungan hidupnya banyak berpengaruh kepada siklus air. Siklus air pada prinsipnya tidak mempunyai awal dan akhir walaupun dalam mempermudah penjelasan dan pemahaman umumnya dimulai dari evaporasi yaitu perpindahan air dari bentuk cair di permukaan tanah dan lautan menjadi bentuk uap air di atmosfir.

Uap air di atmosfir akan berubah menjadi bentuk cair dan akan jatuh ke bumi sebagai presipitasi lewat suatu proses yang disebut kondensasi. Di laut, air yang jatuh dalam bentuk presipitasi akan langsung kembali di transpirasikan akan tetapi yang jatuh ke daratan akan mengalami beberapa proses di dalam siklus air. Air yang jatuh dapat diintersepsi oleh tanaman dan langsung dievaporasikan ke atmosfir. Air yang jatuh ke tanah (hujan jatuh = throughfall) dapat mengalami proses infiltrasi ke dalam tanah atau membentuk aliran di permukaan tanah.

Secara sederhana, konsep siklus air membantu menjelaskan perjalanan sebuah sistem yang kompleks. Walaupun menggambarkan perjalanan dari air baik perpindahannya dari tanah ke laut dan ke atmosfir, pada dasarnya dicirikan dengan suatu model perpindahan yang tetap dengan proses yang berbeda, seperti proses kondensasi, evaporasi dan presipitasi. Dalam proses ini, total volume dari air dalam siklus global adalah konstan tetapi distribusi dan perpindahannya (movement) sangat tergantung kepada waktu dan ruang. Terkadang perpindahannya sangat cepat.

Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses fotosintesis pada permukaan daun (tajuk). Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian hidrometeorologi.

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan, 1977) :

  1. Faktor-faktor meteorologi
    1. Radiasi Matahari
    2. Suhu udara dan permukaan
    3. Kelembaban
    4. Angin
    5. Tekanan Barometer
  2. Faktor-faktor Geografi
    1. Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
    2. Jeluk tubuh air
    3. Ukuran dan bentuk permukaan air
  3. Faktor-faktor lainnya
    1. Kandungan lengas tanah
    2. Karakteristik kapiler tanah
    3. Jeluk muka air tanah
    4. Warna tanah
    5. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi
    6. Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain)


Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian hidrometeoro-logi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala. Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi. Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.

Panel Surya
Energi Solar Cell adalah solusi pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga surya yang ramah lingkungan dan alternative mengurangi ketergantungan energi yang dihasilkan dari minyak bumi, batu bara, gas panas bumi, nuklir yang dapat mempercepat Pemanasan Suhu Bumi/merusak lingkungan (Global Warming) serta kita sudah merasakan atau melihat banyak bencana-bencana akibat pengaruh Pemanasan Global tersebut. Panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya menjadi listrik. Mereka disebut surya atas matahari atau "sol" karena matahari merupakan sumber cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Panel surya sering kali disebut sel photovoltaic, photovoltaic dapat diartikan sebagai "cahaya-listrik". Sel surya atau sel PV bergantung pada efek photovoltaic untuk menyerap energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan bermuatan yang berlawanan.
Jumlah penggunaan panel surya di porsi pemroduksian listrik dunia sangat kecil, tertahan oleh biaya tinggi per wattnya dibandingkan dengan bahan bakar fosil - dapat lebih tinggi sepuluh kali lipat, tergantung keadaan. Mereka telah menjadi rutin dalam beberapa aplikasi yang terbatas seperti, menjalankan "buoy" atau alat di gurun dan area terpencil lainnya, dan dalam eksperimen lainnya mereka telah digunakan untuk memberikan tenaga untuk mobil balap dalam kontes seperti Tantangan surya dunia di Australia.
Sekarang ini biaya panel listrik surya membuatnya tidak praktis untuk penggunaan sehari-hari di mana tenaga listrik "kabel" telah tersedia. Bila biaya energi naik dalam jangka tertentu, atau bila penerobosan produksi terjadi yang mengurangi ongkos produksi panel surya, ini sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Keuntungan panel surya adalah alternative tepat guna mendukung upaya reduksi CO2,dan biayanya lebih murah.dan keuntungan lainnya yaitu,: penghematan rekening listrik.Dalam satu panel dapat menghemat 15 persen pemakaian listrik sebuah keluarga yang terdiri dari empat atau lima orang. Jadi,semakin bannyak panel yang didiriakan dan semakin sedikit biaya listrik yang dibayar. Selain itu banyak keuntungan lainnya ,seperti: PLTS mampu menyuplai listrik untuk lokasi yang belum dijangkau jaringan listrik PLN, potensi pemanfaatan energi surya tersebar secara merata sehingga dapat digunakan untuk daerah yang terpencil, listrik surya merupakan solusi yang cepat, karena proses instalasi yang relatif cepat untuk menghasilkan listrik penerangan dll, tenaga Surya merupakan energi yang sangat bersih, karena sifatnya secara fisika dapat Meng-absorbsi UV radiasi (dari matahari), tidak menghasilkan emisi sedikitpun, tidak menimbulkan suara berisik dan tidak memerlukan bahan bakar yang perlu dibeli setiap harinya, sistem tenaga Surya sudah terbukti handal lebih dari 50 tahun mendukung program luar angkasa, dimana tidak ada sumber energi lain, tidak juga juga nuklir, yang mampu bertahan dalam keadaan extrim di luar angkasa, panel Surya merupakan salah satu alat yang dapat memanfaatkan potensi energi radiasi matahari sebesar 4,8 Kwh/ m2 / hari (* Data BPPT tahun 2005) yang merupakan potensial daya yang cukup besar dan belum maksimal dimanfaatkan di Indonesia, panel Surya mempunyai kesan modern dan futuristik, tetapi juga mempunyai kesan peduli lingkungan dan bersih. Sangat cocok untuk dunia arsitektur modern yang memadukan unsur-unsur penting tersebut.          
Sinar matahari bisa menjadi energi alternatif pengganti BBM. Di Belanda, sudah banyak keluarga yang memasang panel surya. Di atap rumah di pasang lempengan-lempengan penangkap sinar matahari. Ada dua jenis panel surya. Satu disebut panel listrik dan satu lagi panel penghangat. Dengan panel penghangat, sinar matahari bisa diubah menjadi energi panas untuk menghasilkan air hangat. Jenis panel yang kedua, panel listrik, mengubah sinar matahari menjadi listrik. Listrik bisa dipakai untuk rumah tangga sendiri atau dijual ke jaringan listrik yang ada. Bart Walraven, pemilik perusahaan instalasi panel surya di Belanda, menjelaskan bahwa panel surya terdiri dari beberapa sel yang disebut sel surya. Sel ini terbuat dari sejenis pasir yang disebut, selicium.Ini karena suhu udara di Belanda dingin.
Hasil penelitian di sungai Nagara tersebut cocok untuk dibangun sel surya , karena sinar mataharinya sangat berlebih dan belum termanfaatkan. Panel surya biaya investasinya mahal,tapi biaya perawatannya cukup mudah,beberapa suku cadang saja yang diganti,Ini bisa dipakai untuk 20 sampai 30 tahun, Dan juga mengurangi biaya listrik,seperti di atas yang telah dijelaskan. Ini juga akan membuka pikiran bagi masyarakat untuk memanfaatkan apa yang telah ada di sekitar mereka yang belum dimanfaatkan. Di sini juga bisa membuka lahan bagi masyarakat untuk lebih mengusahakan kerbau rawa dan pengkapan ikan ,serta penanaman di daerah rawa. Dari luas di Nagara, sangat banyak menghasilkan energy listrik. Di Nagara bisa dibuat seperti gambar di bawah ini.

Selasa, 26 Mei 2009

tugas pllb

PENCEMARAN DI SUNGAI BARITO

Barito adalah wilayah di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito, khususnya yang termasuk wilayah provinsi Kalimantan Tengah. Daerah ini dahulu pada masa pemerintahan Hindia Belanda merupakan Onder Afdeeling Barito yang beribukota di Muara Teweh (sekarang ibukota Barito Utara). Bekas Onder Afdeeling Barito (bagian dari Afdeeling Kapuas Barito) sekarang sudah berkembang menjadi 4 kabupaten yaitu Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur dan Murung Raya. Wilayah ini sekarang sedang berjuang untuk membentuk provinsi Barito Raya, dimana gerakan ini berakar dari pemikiran para penduduk di sepanjang DAS Barito dalam bidang sosial politik, untuk meminta perhatian yang lebih serta untuk mendapatkan pembagian yang lebih berimbang dan pemberian akses-akses ekonomi atas kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah-daerah yang berada di sepanjang DAS Barito. Wilayah Barito ini dalam Kitab Negarakertagama disebutkan sebagai salah satu daerah taklukan kerajaan Majapahit yang berada di pulau Tanjung Negara. Pada masa Kerajaan Banjar wilayah ini termasuk dalam daerah pengaruh kekuasaannya. Bagian hilir dan muara dari DAS Barito adalah wilayah kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Barito Kuala merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Banjar. Pada masa Hindia Belanda wilayah kabupaten Barito Kuala termasuk Afdeeling Bandjarmasin. Pada umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Barito adalah dari etnik kategori Barito Isolec atau suku dayak dengan penuturan bahasa Barito seperti Dayak Bakumpai, Dayak Murung, Dayak Siang, Dayak Maanyan, Dayak Bawoo. Sesudah Perang Banjar berakhir, terjadi perang besar yang lebih dikenal dengan Perang Barito dengan pejuang utamanya adalah pangaran Antasari, Ratu Zaleha dan Gt.Muhammad Seman. Tokoh pejuang dalam perlawanan masyarakat Barito yang lain adalah Panglima Wangkang, Tumengung Surapati dan Haji Matalib. Pendangkalan alur ambang sungai Barito di Kalimantan Selatan makin memprihatinkan dan telah mengganggu kelancaran pelayaran. Karenanya Pemerintah Provinsi Kalsel akan segera mengeluarkan kebijakan penghentian angkutan batubara.Lebar alur Sungai Barito saat ini juga menciut, bahkan di beberapa tempat hanya tinggal 30 meter dari normal 100 meter. Air Sungai Barito Kalimantan Selatan, yang selama ini menjadi tumpuan hidup warga Banjarmasin dan sekitarnya dinyatakan tercemar limbah sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan mengatakan tercemarnya sungai Barito dan beberapa sungai lainnya, bisa mengakibatkan kecacatan terhadap bayi maupun warga, bila air tersebut tidak diolah secara benar. Hal ini karena, di Kalsel cukup banyak adanya tambang-tambang emas dan batu bara yang mengadung limbah yang cukup tinggi dan langsung di buang di sungai. Dari hasil survei yang dilakukan Dinkes secara berkala, penyakit yang berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat. Hal tersebut tercermin dari masih tingginya kejadian seperti keracunan dan timbulnya penyakit yang berbasis lingkungan. Kondisi ini di disebabkan masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan penggunaan jamban keluarga yang tidak memperhatikan ketentuan kesehatan. Selain itu, perilaku hidup sehat masyarakat juga masih sangat rendah, yang diantaranya tercermin dalam kurang bersihnya pengelolaan bahan makanan serta buruknya penatalaksanaan bahan kimia dan pestisida yang kurang memperhatikan aspek kesehatan. Air limbah lima perusahaan tambang batubara yang mencemari Sungai Barito itu ternyata tingkat keasamannya cukup tinggi, yakni pH-3 padahal air limbah yang aman untuk lingkungan seharusnya pH-7. Dengan kadar keasaman yang tinggi, air limbah itu dikhawatirkan merusak kehidupan biota sungai yang ada di kawasan tersebut, padahal di sungai tersebut diketahui begitu banyak spesies udang dan ikan, baik ikan air tawar maupun air payau.